Mantan Preman 27 Tahun Muntah Darah (4)
Aku Pingsan Setelah Melihat Nomor yang Keluar
SODIKIN yang merasa frustasi menghadapi penyakitnya mengalihkan perhatiannya dengan bermain judi, memasang kode buntut, dan minum minuman keras. Beberapa dukun ia datangi, beberapa makam yang dianggap keramat ia sambangi. Ia berani tidur di atas makan demi nomor jitu. Suatu saat ia datang ke Jawa Timur dan mendapatkan nomor yang menurutnya sangat jitu. Sesampainya di rumahnya, ia membeli nomor dengan uang pinjaman. Berhasilkah? Inilah lanjutan kisahnya yang ditulis Kuswari untuk anda renungkan.
AKU merasa yakin kali ini akan mendapat keuntungan yang besar sesuai petunjuk sang dukun. Tak terbayangkan seandainya aku dapat untung dari kode buntut pastilah aku kaya raya. Terbayang kekayaan yang akan kumiliki, aku pun tersenyum sendiri.
Aku menggembar-gemborkan kepada semua orang bahwa aku akan dapat uang besar hasil kode buntut. Tetangga menjadi ramai membicarakan aku yang akan menjadi kaya raya, namun sebagian besar hanya mencibir sebab mereka sudah tahu kalau aku bukan kali ini saja.
Aku tidak peduli dengan omongan tetangga. Namun aku yakin betul kali ini tidak akan melesat. Mimpiku akan segera terwujud. Aku tersenyum sendiri.
Aku berkumpul bersama teman-teman yang sama-sama mengharapkan keuntungan dari kode buntut. Malam itu aku menghabiskan waktu dengan bermain gapleh bersama di rumah kontrakan temanku. Aku terbangun kesiangan, kalau saja istriku tidak membangunkan mungkin aku akan lupa dengan nomor kebeuntungan yang telah kupasang.
Aku bergegas bangun dan langsung meloncat dari ranjang karena waktu sudah menunjukkan jam 9 pagi, berarti nomor kode buntut sudah keluar. Aku bergegas menuju tempat penjualan kode buntut. Di sana sudah berkumpul banyak orang untuk melihat angka yang keluar. Hatiku berdebar-debar sambil mendekati papan pengumuman. Sejenak nafasku berhenti. Aku melotot melihat nomor yang ada di papan pengumuman. Aku tak percaya pada yang ku lihat. Tubuhku bergetar. Semua angka cocok, hanya tertukar angka saja. Nomor yang kupasang 56438, sedangkan yang keluar 56483.
Aku menggeleng beberapa kali, sesak terasa dada ini. Tiba-tiba aku merasakan bumi berputar kencang lalu mataku berkunang-kunang dan kepala pusing. Aku pun tak dapat mempertahan keseimbangan badan, aku terjerembab jatuh. Entah berapa lama aku pingsan, aku baru tersadar ketika istriku memberikan minyak kayu putih ke hidungku.
"Sudahlah bukan milik bapak uang dari kode buntut itu," kata istriku seraya membelai tanganku. Aku terdiam tidak berkata sepatah kata pun. Aku hanya menggigit bibirku. Mimpi menjadi orang kaya ternyata benar-benar mimpi. Aku kesal dan marah, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Ditegur makhluk gaib
Seiring berjalannya waktu, aku tetap tidak berubah serta tidak pernah kapok untuk terus bermain judi dan minum-minuman keras. Sementara muntah darah hanya datang selang beberapa hari. Seminggu dua kali dan biasanya malam kamis dan malam senin. Aku sudah tahu "jadwal" itu. Aku berusaha tetap sabar menghadapinya.
Aku pun masih tetap mencari Maman yang pernah aku sakiti, namun orang kucari hilang entah ke mana. Sampai sekarang pun aku belum pernah lagi bertemu dengannya. Apakah dia sudah mati? Mungkin saja, sebab aku sudah mencari ke sana ke mari namun tidak ada kabarnya.
Dari pada memikirkan penyakit yang aku derita, lebih baik aku membiarkan saja, biarkan saja waktu yang berjalan. Aku pun keranjingan untuk berziarah ke kuburan para wali dan berharap dengan sering datang ke makam, aku bisa sembuh. Aku sering meminta kepada kuburan agar aku bisa sembuh dari penyakit dan mendapat keuntungan dunia dari judi.
Suatu hari aku menglami peristiwa aneh saat berziarah ke makam wali yang ada di Garut. Saat itu menjelang magrib, sebagaimana biasanya aku berziarah untuk mendapat kode atau angka yang jitu. 8anyak yang berdatangan karena saat itu sedang Muludan. Aku biasanya suka tidur di kuburan agar hasilnya maksimal dan bisa memperoleh keuntungan besar.
Tetapi entah datang dari mana, tiba-tiba aku merasakan ada makhluk halus yang masuk ke dalam tubuhku. Mendadak pula aku merasakan sakit yang luar biasa. Seluruh tubuhku sakit. Aku belum pernah mengalami sakit seperti itu. Bahkan luka akibat berkelahi yang paling parah pun belum sesakit itu.
"Ampun, ampun, aku sakit", teriakku,. Aku meringis menahan sakit yang sangat dahsyat.
Tiba-tiba aku merasa mendengar seseorang bicara padaku. Jelas sekali, tapi aku tidak melihat siapa-siapa.
"Aku mau mengingatkan, kamu jangan lagi bermain judi dan jangan minum minuman keras! Itu perbuatam setan. Sekarang aku tanya, kamu mau berhenti atau tidak?" bentaknya.
"Ampun. Aku sakit. Aku mau bertobat!" kataku karena sakit di punggungku semakin dahsyat. Benar-benar sakit yang luar biasa. Saking sakitnya aku sampai mengeluarkan air mata.
"Kamu harus berjanji tidak akan berbuat maksiat lagi!" tanyanya lagi.
"Aku bersumpah, aku mau berhenti," jawabku.
Orang-orang yang berada di sekitarku melihat ke arahku. Mereka terbengong-bengong bahkan ada yang tersenyum karena melihat aku bicara sendirian. Beberapa diantara mereka ada yang mendekatiku dan menyuruhku beristigfar. Aku menuruti saran mereka. Perlahan-lahan rasa sakit di punggungku mulai berkurang. Aku manrik napas panjang sambil duduk di lantai tanah. Orang-orang mengelilingiku.
"Sudah! Sekarang kamu pulang! Awas kalau kamu berbuat maksiat lagi!" suara itu kembali kudengar.
Aku bergegas berdiri dan meninggalkan tempat ziarah itu, meski waktu sudah malam. Aku meninggalkan para peziarah yang masih terbengong-bengong. (bersambung)**
0 comments:
Post a Comment