Kisah Panjang Seorang Berandalan (2)

Istriku Sakit, Mataku Mendadak Buta
SEBELUMNYA dituturkan, rumah Rasja dihancurkan oleh Jatwo dan kawan-kawannya. Karena dikejar polisi Jatwo pergi ke bekasi dan berprofesi sebagai penarik becak. ia bertobat dan rajin beribadah. Beberapa bulan kemudian Eni yang sedang hamil dan orang tuanya menyusul. Mereka meminta Rasja menikahi Eni. Pernikahan pun berlangsung di rumah kontrakan. Apa yang terjadi selanjutnya? H. Undang Sunaryo melanjutkan kisahnya.

AKU sayang sama istriku yang sedang mengadung tua. Menjelang kelahiran Eni rejekiku mengalir. Dalam beberapa hari ada orang yang mengontrakku mengantar barang ke pabrik. Dengan hasil itu aku bisa membiayai proses kelahiran Eni. Tepat pukul 08.20 WIB pada Senin, September 1990, di rumah kontrakan Eni melahirkan seorang anak perempuan sehat wal afiat.


Seminggu setelah Eni melahirkan, aku sendirian pulang ke kampung. Maksudku ingin emberitahukan tentang Eni kepada mertua dan kepada ayah dan ibu. Sesampai di rumah ibu dan ayah yang dulunya menyimpan rasa benci terhadapku sekarang malah berbalik sayang. Atas kecintaan ayah dan ibu aku berjanji akan membantu biaya perbaikan rumah akibat dirusak si jatwo dkk.

Mertua merasa bahagia dan bersykur kepada Allah bahwa Eni telah melahirkan dalam keadaan sehat. Mereka menengok sang cucu ke Bekasi bahkan minta izin untuk tinggal bersamaku karena tidak tahan oleh teror yang dilakukan si Jatwo. Aku menerima dengan senang hati. Menurut mertuaku si Jatwo mendendam pada keluarga mertuaku, ia akan membalasnya dengan cara lahir dan batin. Entah apa maksudnya.

Aku merasa bahagia mereka hidup bersamaku di Bekasi, membuatku merasa leluasa mencari uang setiap hari mengayuh becak. Meski hidup apa adanya tinggal di rumah kontrakkan sambil berdesakan ayah ibu mertua amat sayang sama cucunya begitu juga sama aku.

Mungkin merasa malu hidup nganggur di perantuan ayah mertua akhirnya mau turun tangan menarik becak. Kebutuhan hidup di rumah tak repot lagi, setelah ayah mertua punya pekerjaan meski hasilnya tidak seberapa. Alhamdulillah rejeki yang ku dapat setiap hari terus meningkat. Aku juga punya pelanggan tetap karyawan rumah sakit yang setiap hari antar pulang ke kantornya dan menarik istrinya belanja ke pasar.

Karena harus mengantar penumpang berobat ke dokter praktek, pada suatu hari aku pulang ke rumah hampir jelang tengah. Setiba di rumah mertua dan anakku sudah pulas tidur. Sementara istriku, Eni nampak kesakitan. Katanya sejak pukul 21.00 dia terserang penyakit perut. Anehnya, tak bisa buang hajat.

Kubangunkan mertuaku. Kemudian kami mengambil air wudlu dan membaca Alquran. Alhamdulillah istriku bisa tidur dan mertua juga pulas, sementara aku tetap melek sambil berdoa karena dalam batinku ada rasa curiga, jangan-jangan istriku terkena guna-guna.

Menjelang subuh istriku bangun kemudian dia menjerit dan dari mulutnya keluar darah segar.

"Astagfirullah!" kataku sambil memegang tubuh istriku.

"Kang, aku akan mati!" kata Eni. Matanya melorot menatap wajahku. Mertuaku bangun. Mereka menangis melihat anak kesayangannya terkapar tak berdaya di pangkuanku. Sementara anakku menangis seakan tidak rela ibunya menderita sakit.

Mertuaku bergegas mencari ustaz. Istriku dikasih air putih dan didoakan. Setelah minum, istriku kembali tidur pulas.

"Insya Allah istrimu sehat. Mahluk halus hasil pemberian orang jahat sudah kuusir. Berdoalah jangan sampai dia datang lagi," kata ustaz.

Aku meminta agar mertuaku tidak bekerja. Kutitipkan istriku karena pelanggan sudah menunggu. Aku berpesan jika terjadi apa-apa, segera hubungi aku.

Aku pulang sore hari. Alhamdulillah istriku sudah sembuh dari penyakit anehnya itu. Dia mengatakan, tadi malam melihat makhluk aneh. Kemudian ia dicekik dan mulut ditutup rapat. Aneh setelah itu ada benda masuk ke dalam perut mebuat istriku sakit dan mual-mual.

"Rupanya ada orang jahat yang masih menaruh dendam sama kita ta Kang!" kata istriku.

"Yah kita berdoa dan serahkan semua ini kepada Allah swt. Mudah-mudahan orang yang jahil tak melakukan perbuatannya lagi," kataku sambil mengelus-elus punggung istriku yang masih lemas.

Karena semalaman tidak tidur, aku tak tahan kantuk. Sekitar pukul 20.00 aku pulas tidur. Menjelang salat subuh aku dibangunkan istriku. Aku bangun dan mengusap-usap mata. Ya Allah, mataku tak dapat melihat. Aku pergi ke kamar mandi dan mencucci muka, mataku tetap tidak bisa melihat. Istriku kaget, karena kedua mataku tidak apa-apa, namun kenapa tidak bisa melihat.

"Ya Allah mengapa aku jadi buta? Siapa orang yang membuat aku tak melihat? Padahal aku tak pernah terserang penyakit mata?" kataku. (bersambung)**

0 comments:

History is the discovery, collection, organization, and presentation of information about past events.

  © Blogger template Fishing by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP