Mantan Preman 27 Tahun Muntah Darah (1)

Aku Dendam karena Dikeroyok
JIKA hanya sekali muntah darah, maka boleh jadi tidak terlalu riskan. Namun apa jadinya ketika muntah darah terus menerus selama puluhan tahun? Bisakah bertahan hidup? Ternyata Sadikin (60) sanggup bertahan. Konon, muntah darahnya itu bukan penyakit biasa. Jadi, apa penyebabnya? Sadikin menuturkannya pada Kuswari yang mengisahkannya kembali buat Anda.

KETIKA ingat masa laluku, aku tersentak dan malu pada diriku sendiri. Aku manusia yang paling banyak melakukan dosa. Masa laluku kelam, aku hidup di lingkungan terminal dan pasar. Lingkungan sehari-hari itu berperan besar dalam perjalanan hidupku, sehingga aku tumbuh sebagai sosok yang berani dan banyak mempelajari ilmu kadugalan.


Saat itu aku masih sekolah di SMEA tetapi tidak dapat melanjutkan sekolah karena aku bergaul dengan preman di Terminal. Perubahan perilakuku terjadi ketika aku dikeroyok di Ciroyom saat berjalan bersama seorang gadis, padahal aku tidak mempunyai masalah dengan mereka.

Rupanya aku sengaja dijebak, sebab ada salah seorang pria yang tidak suka kepadaku. Di situ sudah ada 4 orang lelaki yang usianya lebih tinggi. Aku tidak mengerti tiba-tiba saja mereka menghajarku dan memukul secara bergiliran. Aku jadi bulan-bulanan sehingga wajahku babak belur. Aku kesakitan dan berteriak minta tolong, namun tidak ada seorang pun yang mendengar suaraku sebab daerah itu sepi dan jauh dari keramaian.

Tidak ada jalan lain kecuali aku harus lari dari pukulan yang bertubi-tubi. Ketika aku terjatuh ke tanah, aku pun segera bangkit dan tanpa pikir panjang aku lari tunggang langgang meninggalkan mereka.

Sejak peristiwa yang menyakitkan itu timbul dendam dalam dadaku terhadap mereka. Aku bersumpah akan membuat perhitungan dengan mereka, bahkan aku akan mencari perempuan yang memancangku menjadi penyiksaan.

Saat itu aku sedang sekolah kelas 2 di SMEA, namun aku sudah mulai jarang masuk sekolah karena aku mulai tertarik untuk mempelajari ilmu kadugalan. Aku mencari seorang guru yang bisa memberikan ilmu kekuatan fisik. Aku pun mendatangi dukun untuk menanyakan ilmu yang bisa kuat ditusuk atau dipukul. Aku mendapat keterangan bahwa ilmu itu bisa didapat asalkan aku mengikuti persyaratan sebagaimana dikatakan dukun. Aku pun sempat ikut tidur di rumah dukun yang memang memiliki kekuatan magis yang luar biasa.

Dukun yang bernama Ujang itu pun mengajarkan mantera-mantera yang aku sendiri tidak pernah mengerti apa artinya. Aku pun melaksanakan ritual sebagaimana yang diperintahkannya. Puasa pun aku laksanakan selama beberapa hari lamanya, karena aku ingin menjadi orang yang kuat terhadap benda-benda tajam.

Aku sudah terjerumus masuk ke dalam perbuatan musyrik yang merupakan dosa besar. Namun aku tak peduli, yang penting apa yang aku inginkan bisa tercapai. Ketekunan belajar kepada dukun Ujang itu ternyata membuahkan hasil, sebab ketika aku dicoba dengan benda tajam, tubuhku tidak terluka. Aku sendiri mencoba menusukkan pisau tajam ke tanganku, namun tidak terluka sedikit pun. Seketika aku tertawa bangga dan bahagia sebab impian yang selama ini aku dambakan dapat diwujudkan.

"Kini aku menjadi manusia hebat. Siapa pun yang berani melawanku, akan berhadapan denganku," kataku sambil tertawa bahagia.

Sejak itulah aku memiliki kepribadian yang liar, cepat marah, dan tidak ada rasa takut pada siapa pun. Bahkan kalau ada orang yang berani melawanku, aku tak segan-segan menghajar atau berkelahi.

Aku semakin percaya diri dan berani berkelahi dengan siapa pun, bahkan sudah sering berurusan dengan polisi. Namun polisi pun tidak mau berlama-lama urusan denganku. Polisi semakin tahu sifatku yang kerapkali berurusan dengan orang lain, entah berkelahi atau pertengkaran panjang.

Minum-minuman keras dan berjudi adalah pekerjaanku setiap hari. Kalau dapat uang hasil pungutan kepada pedagang di pasar bersama teman-temanku aku mabuk-mabukan dan bermain judi sampai larut malam. Aku menjalani hidup dalam lingkungan keras dan bersaing dengan orang-orang yang sama-sama mempertontonkan kekuatan fisik. Salah satu yang harus aku miliki adalah keberanian berkelahi. Aku memiliki anak buah di terminal dan pasar yang cukup banyak. Mereka bisa dikendalikan dan mauu disuruh apa pun olehku. Bahkan aku bisa menyerbu kelompok yang berani melawanku.

Aku pulang ke rumah tidak menentu. Istriku sudah tidak aneh lagi kalau aku pulang dalam teler dengan mata merah. Meski marah-marah karena kehidupan seperti itu, aku tak peduli nanti juga berhenti sendiri. Aku harus memaklumi keadaan istriku yang memang sabar menghadapi kelakukan yang buruk.

Makin hari tidak mengubahku menjadi insaf malah justru sebaliknya aku kian tergila-gila dengan berjudi dan minum keras. Kalau sehari saja tidak minum, rasanya tidak enak di mulut, jadi setiap hari menjadi kewajiban yang harus terpenuhi.

Untuk menunjang kehidupan dapur sehari-hari, aku tidak mengandalkan sepenuhnya dari uang pengamanan, namun kecil-kecilan aku sering jual beli hasil tani. Lumayan meski untung tidak seberapa, aku bisa mendapatkan uang, untuk menutupi kekurangan aku mangfaatkan memungut kepada pedagang kaki lima. Sebenarnya uang yang kuperoleh cukup besar dalam sehari, tetapi karena uangnya dipakai berjudi dan minum, habis di tengah jalan. Tidak ada bekas yang menempel dari uang yang kuperoleh.

Sebagai seorang yang ditakuti di pasar dan terminal, aku semakin sombong dan angkuh, bahkan siapa saja yang berani macam-macam pastilah akan ribut. Jadi tidak aneh kalau aku sering ribut atau cekcok dengan pedagang. Tetapi kebanyakan pedagang tidak ada yang berani melawan, sebab mereka takut urusannya panjang. (Bersambung)**

0 comments:

History is the discovery, collection, organization, and presentation of information about past events.

  © Blogger template Fishing by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP