Dramatika Hidup Seorang Karyawan Periklanan (3)

Istriku Mencoba Bunuh Diri
SEBELUMNYA diceritakan, Ujang Deden yang semula sangat optimis akan mendapatkan keuntungan dari bisnis tanah bersama Alex, hanya mampu gigit jari. Usaha yang dijalankan Alex ternyata bangkrut dan meninggalkan banyak utang. Bagaimanakah nasib Ujang? Bagaimana hutang ke kantornya? Inilah lanjutan kisahnya yang ditulis Kuswari untuk Anda. Semoga dapat diambil hikmahnya.

"Terus kita mau tinggal di mana? Anak-anak mau tinggal di kolong jembatan? Mengapa semua ini terjadi? Aku dulu kan sudah bilang. Jangan ambil risiko!" kata istriku sambil menangis.

Ia membantingkan tubuhnya ke atas tempat tidur sambil terus menangis. Aku semakin bingung menghadapi istriku. Kian hari istriku kian murung dan sikapnya semakin tertutup. Ia lebih suka mengurung diri di kamar, hanya sesekali keluar kalau mau melaksanakan salat. Bahkan waktu makan pun ia tidak pernah keluar. Ia seperti sedang mogok makan. Tubuhnya semakin kerontang. Ah, aku merasa berdosa. Semua ini karena salahku.

Beberapa kali aku mencoba meminta maaf padanya tetapi ia tetap dingin dan tidak merespon ucapanku. Ia hanya menjawab dengan tangis atau kadang-kadang dengan gumaman yang seolah ditujukan pada dirinya sendiri.

"Aing mah cumah hirup ge. Euweuh nu ngadenge. Mending keneh paeh sakalian. Rek naon hirup oge, asa taya gunana pisan," katanya.

Astagfirullahal 'Azhiim. Mengapa istriku jadi seperti ini? Bukankan ia seorang wanita yang beragama? Ia sangat taat beribadah kepada Allah dan sering mengajarkan kebaikan pada anak-anak, mengajar mengaji, mengajar akhlak? Aku memang bersalah. Aku memang egois dan tidak mau mendengar saran istriku. Kesalahanku terlalu banyak sehingga istriku pun tak mau memaafkan.

Kasihan kedua anakku. Mereka belum dewasa. Anakku yang pertama baru berusia 15 tahun dan yang kedua 10 tahun. Di usia ini mestinya mereka mendapatkan kasih sayang yang penuh dari orangtua, dari ibu dan ayahnya. Tapi kenyataannya mereka sekarang malah dihadapkan pada seubuah kenyataan yang mengganggu perkembangan psikologis mereka. Mereka juga terlihat murung, tidak bergairah, bahkan secara fisik kelihatan kusut. Padahal sejak kecil mereka dirawat dengan baik, pakaian bersih, makanan bergizi, hidup dengan ceria.

"Ma, kenapa Mama jadi begini? Mengapa Mama gak mau bicara. Aa dan Ade 'kan tidak punya dosa? Mengapa Mama memusuhi Aa sama Ade? Apa Mama sudah gak sayang lagi sama Aa?" Kudengar kata-kata si sulung suatu saat.

Ibunya tetap bergeming. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Hatiku perih sekali. Kata-kata yang keluar dari mulut anakku seakan mengoyak-ngoyak ulu hatiku. Aku memang salah. Akibat kesalahanku, anak-anakku pun menjadi korban. Mereka kehilangan keceriaan, mereka kehilangan kasih sayang, mereka kehilangan ibunya. Aku tidak tahan. Air mataku menetes di pipi, tapi cepat-cepat kuusap. Lalu kutarik nafas dalam-dalam.

Suatu hari aku sangat terkejut. Tiba-tiba saja istriku berteriak keras tanpa sebab. Ia keluar dari kamar menuju dapur. Matanya memerah. Rambutnya kusut sekali.

"Aing mah geus bosen hirup! Mending paeh tibatan kudu kieu mah!" katanya sambil mengambil pisau.

Aku berlari mengejarnya. Kupukul tangannya sekuat tenaga hingga pisau yang berada di tangannya terlepas. Kurangkul kuat-kuat. Ia memberontak sambil terus berteriak penuh nafsu mengeluarkan kata-kata yang tidak biasa kudengar dari mulutnya.

Melihat keadaan ibunya seperti itu, kedua anakku menangis. "Ma, jangan begitu, Mah! Sadarlah!" kata si sulung.

Ia segera mengambil segelas air putih lalu ditempelkan di mulut ibunya. Sementara aku masih tetap merangkulnya .

Perlahan-lahan tenaganya terasa mengendur. Badannya mulai lemas. Lalu kupapah menuju kamar dan kubaringkan di atas tempat tidur. Kulihat tubuhnya semakin kecil. Lalu kulihat butiran air mata deras keluar dari kelopak matanya yang semakin cekung. Dadanya berguncang. Ia menangis sambil menggigit bibir.

"Sabar, Ma! Istigfar! Mama kan orang mengerti. Mengapa harus begini? Kalau ini salah bapa, maafkanlah. Coba lihat anak-anak kita. Mereka masih membutuhkan Mama!" ucapku lirih.

Tak ada reaksi. Ia tetap menagis. Sementara kedua anakku duduk di dekat kakinya dengan mata sembab. (bersambung)**

1 comments:

Anonymous January 27, 2022 at 11:30 PM  

Online Casino Sites In Australia ᐈ Top Rated Casino
The Top Rated Online Casino Sites In Australia! choegocasino Play Top Rated Online Casino Games For 1xbet Real Money With No Download or Registration. Visit 바카라사이트 Choices.org.au.

History is the discovery, collection, organization, and presentation of information about past events.

  © Blogger template Fishing by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP